Jumat, 05 Mei 2017

Analgesi Epidural

A.Pengertian Analgesia epidural
Analgesia Epidural adalah Nyeri yang dirasakan selama kala satu persalina terjadi akibat kontraksi uterus dan pembukaan serviks, impuls nyeri memasuki medula spinalis pada segmen spinal  T10,T11,T12 dan L2.nyeri yang dirasakan pada kala satu lanjut serta kala II persalian disebabkan oleh renggangan otot-otot dasar panggul dan perineum; impuls nyeri ini dihantarkan melalui nervus pudendus dan memasuki medula spinalis setinggi segmen spinal S2, S3, dan S4. Dengan demikian, analgesia epidural yang efektif untuk nyeri persalian memerlukan blog sensorik yang merentang dari T10 sampai S5, dengan blok motorik minimal.
Analgesia epidural merupakan metode penghilang rasa nyeri persalian yang paling efektif; meskipin demikian, teknik ini bersifat invasif dan memerlukan staf perawat serta dokter yang terampil untuk penyelenggaraan metode epidural ini menghilangkan nyeri dengan sangat baik dan kontinu pada lebih dari 70% pasien. Dibandingkan dengan metode penghilang rasa nyeri, hipokopnea –yang ditimbulkan oleh rasa nyeri dan kekhawatiran, selain itu, asidosis metabolik yang terjadi pada analgesia epidural lebih ringan bila dibandingkan dengan asodosis pada pemberian petidin. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika penggunaan analgesia epidural meningkat dibanyak unit metimitas di inggris. Di amerika serikat , tingkat penggunaan teknik ini adalah sekitar 50%.
Analgesia epidural diindikasikan ntuk menghilangkan nyeri pada persalinan tanpa memperhatikan pembukaan serviks , atas permintaan parturieen.banyak unit maternal menganggap beberapa kondisi kebidanaan tertentu sebagai indikasi analgesia epidural; ini meliputi hipertensi yang diinduksi kehamilan, preeklamsia tanpa koagulopati, jaringan perut,presentasi bokong, kembar, persaliana ppretem, serta semua kondisi medis yang tidak menginginkan aktivitas simpatoardrenal berlebihan. Sayangnya, terdapat beberapa kontraindikasi untuk menggunakan analgesia epidural, termasuk penolakan ibu, koagulopati, infeksi lokal pada daerah insersi kateter epidural, hipovolemia yang tidak diobati, dan tekanan intrakranial yang meningkat. Resiko anestesi regional pada pasien HIV-positif telah dievaluasi pada sejumlah kecil pasien tersebut, hasilnya menunjukkan bahwa anestesi regional dapat  dilakukan denang amat dalam kelompok ini.

B. Teknik atau cara pengobatan epidural
Sebelum  pelaksanaan blok epidural, terlebih dahulu dipasang infus intravena. Kebanyakan ahli anestesi lebih menyukai pasien dalam posisi pungsi lumbal lateral, meskinpun yang lain lebih menyukai posisi duduk yang memberikan fleksi lumbal yang lebih baik dan pandangan terhadap patokan yang lebih jelas.
Ibu duduk pada ujung ranjang dengan punggung dalam posisi fleksi. Dengan handuk steril,dbawah kondisi aseptiklengkap, krista iliaka dipalpasi; ruang-antara L4-L5 terletak pada tingkat ini. Biasanya dipilih ruang antara L3-L4 atau L2-L3 untuk mencapai rongga epidural. Dengan menggunakan jarum 25G, dibuat suatu gelembung kulit diatas ruang antara yang telah dipilih, dan jaringan subkutan dinfiltrasi dengan larutan anestetik lokal (lignokain hidroklorida 1%). Untuk mempermudah insersi ujung tumpul jarum tuohy (16G atau 18G), kulit ditores menggunakan skalpel, atau lebih baik dengan ujung jaru tajam suntik biasa, untuk menghindari masuknya unsur-unsur kulit kedalam rongga epidural. Jarum tuohy kemudian dimasukan secara mantap dengan tekanan dorongan terkendali, permukaan ujung jarum yang landai menghadap keatas,menerobos jaringan subkuntal dan ligamentum supraspinomus. Stilet kemudian ditarik   dan sebuah spuit 10 ml berisi udara atau salin steril dipasangkan pada jarum. Pangkal jarum dipegang kuat dengan ibu dan telunjuk kiri, sementara jari-jari lain bertumpu pada punggung pasien untuk memastikan kontrol maksimum pada jarum. Ibu jari tangan kangan terus menekan dengan tekanan sedang pada pendorong spuit, dengan hanya menggunakan tangan kiri, jarum perlahan-lahan dieruskn secara mantap menerobos ligamentum interspionosum. Setelah mencapai ligamentum flavum, tahanan akan meningkat.skeadaan ini diikuti dengan kehilangan tahanan mendadak saat jarum mencapai rongga eidural, dan pada titik ini, pemasuka jarum harus dihentikan.
Pengguna udara untuk mengidintifikasi rongga epidura bukan tanpa masalah, dan hal ini telah dilaporkan menyebabkan analgesia yang tidak sempurna, segmen yang tidak terbelok , embolus udara, dan insiden tinggi pungsi dura yang menyertai. Pungsi dura merupakan salah satu  komplikasi analgesia epidural yang tidak boleh terliput. Jika menggunakan spuit berisi udara, setiap caira yang keluar melalui jarum setelah spuit dilepaskan pasti meupakan cairan serebrospinal (CSS). Pada pengguna spuit berisi salin, jika aspirasi melalui jarum mengakibatkan aliran cairan yang kontinu, pungsi dura dapat dipastikan.
Untuk teknik blok epidural kontinu, suatu kateter epidural dimasukkan melalui jarum dan diteruskan. Saat memasuki rongga epidural, terasa adanya tahanan ringan; dari titik ini. Kateter dimasukkan 5 cm lagi dan jarum kemudian dilepaskan dari katater, semtara tekanan pada katater tetap dipertahankan. Selanjutnya kateter difiksasi kuat pada kulit ditempat masuk menggunakan pita adhesif tahan air. Praktik standar adalah untuk menggunakan filter bakteri sebagai penangkal infeksi  dan untuk memerangkap partikel-partikel gelas dari ampul anestetik lokal yang dipertahankan. Aspirasi kateter harus dilakukan guna menyingkirkan pungsi dura oleh kateter atau penempatan kateter secara intravaskular. Sebelum itu, diberikan dosis uji lignolain 2% sebanyak 3 ml. Bila anestesi lokal secara tidak disengaja terinjeksi kedalam ruang subraknoid, blok nuralnya akan tampak dalam waktu singkat. Lima menit setelah pemberian dosis uji, bila jari kaki masih dapat digerakkan, injeksi anestesi lokal kedalam subaraknoid dapat disingkirkan.
Bupivakin merupakan anestetik lokal paling sesuai untuk analgesia epidural kontinu karena lama kerja yang panjang serta serta resiko kadar fatal:maternal yang rendah. Dimasa lampau, bupivakain 0,375-0,5%telah digunakan secara luas sebagai dosis bolus internal yang rendah. Di masa lampau, bupivakain 0,375-0,5% telah digunakan secara luas sebagai dosis bolus intermiten sampai volume total sebesar 8-10 ml. Saat ini, larutan anestetik lokal yang lebih encer lebih banyak digunakan untuk mempertahankan kekuatan motorik. Dosis total sebesar 2 mg/kg berat badan tidak boleh dilampaui.
Selama blok epidural, tekana darah pasien harus dipantau setiap 1-2 menit selama 10 menit pertama setelah injeksi anestetik lokal, dan setiap 5-10 menit sampai pengaruh blok berkurang. Ibu tidak boleh ditinggal tanpa pengawas dan harus diusahakan tetap berada pada posisi berbaring miring ( lateral) untuk mencegah okulasi vena kava. Bila terjadi analgesia unilateral, pasien dipindahkan ke sisi tubuh yang lain dan diberi injeksi tambahan anestetik lokal sebanyak 5 ml.

C.                       Efek samping epidural

Ø  Hipotensi  (lebih menurun dengan CSE), mual, pingsan
Ø  Dural tap, bila jarum secara tidak sengaja menusuk dura meter, mengakibatkan menurunnya tekanan intrakranial yang berpotensi menimbulkan sakit kepala berat selama beberapa hari berikutnya
Ø  Anestensi spinal total; terlalu banyak memberikan injeksi anestensi lokal kedalam ruang subaraknoid dapat menyebabkan henti nafas
Ø  Blok parsial (nyeri membandel), yaitu saat kontraksi masih tetap dirasakan disalah satu area abdomen
Ø  Toksisitas obat: gelisah, pusing, tinitus, rasa logam, mengantuk
Ø  Perubahan suhu; ibu biasanya mengalami efek vasodilatasi dari bupivakain yang menyebabkan kaki terasa hangat, suhu meningkat tetapi tubuh menggigil.
Ø  Retensi urine

Daftar Pustaka 
Bonnets U.R, Brow L.K(eds) 1999 Mysles textbook for midwives. 13th  end. Churchill Livingstone, Edingburgh

Collis R.E, Davies D, aveling W 1995 Randomised comparion of combined spinal epidural and mandard epidural analgesia in labor. The lancet 3 june (345):1413-1416 May A 1994 epidural for childbrith. Oxfort universitypress, Oxford

APAKAH YANG DI MAKSUD DENGAN KESEHATAN

belajarpsikologi.com
Pengertian Kesehatan


Pengertian Kesehatan menurut wikipedia adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Sedangkan Pengertian Kesehatan menurutOrganisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1948  menyebutkan bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai “suatu keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan”
Pada tahun 1986, WHO, dalam Piagam Ottawa untuk Promosi Kesehatan, mengatakan bahwa pengertian kesehatan adalah “sumber daya bagi kehidupan sehari-hari, bukan tujuan hidup Kesehatan adalah konsep positif menekankan sumber daya sosial dan pribadi, serta kemampuan fisik.


Dalam Undang-Undang ini yang pengertian kesehatan adalah:
·         Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
·         Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat.
·         Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
·         Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.
·         Kesehatan adalah sesuatu yang sangat berguna
Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan.
Pendidikan kesehatan adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang memengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain.
Definisi yang bahkan lebih sederhana diajukan oleh Larry Green dan para koleganya yang menulis bahwa pendidikan kesehatan adalah kombinasi pengalaman belajar yang dirancang untuk mempermudahadaptasi sukarela terhadap perilaku yang kondusif bagi kesehatan.
Data terakhir menunjukkan bahwa saat ini lebih dari 80 persen rakyat Indonesia tidak mampu mendapatjaminan kesehatan dari lembaga atau perusahaan di bidang pemeliharaan kesehatan, seperti Akses, Taspen, dan Jamsostek.
Golongan masyarakat yang dianggap ‘teranaktirikan’ dalam hal jaminan kesehatan adalah mereka dari golongan masyarakat kecil dan pedagang. Dalam pelayanan kesehatan, masalah ini menjadi lebih pelik, berhubung dalam manajemen pelayanan kesehatan tidak saja terkait beberapa kelompok manusia, tetapi juga sifat yang khusus dari pelayanan kesehatan itu sendiri

Pada dasarnya kesehatan itu meliputi empat aspek, antara lain :
A. Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.
B. Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan spiritual.
·         Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
·         Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya.
·         Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa. Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang. Dengan perkataan lain, sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan agama yang dianutnya.
C. Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai.
D. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif, dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial.
Bagi mereka yang belum dewasa (siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh sebab itu, bagi kelompok tersebut, yang berlaku adalah produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka nanti, misalnya berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan, atau pelayanan kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut.
Salah satu tujuan nasional adalah memajukan kesejahteraan bangsa, yang berarti memenuhi kebutuhan dasar manusia, yaitu pangan, sandang, pangan, pendidikan, kesehatan, lapangan kerja dan ketenteraman hidup. Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk, jadi tanggung jawab untuk terwujudnya derajat kesehatan yang optimal berada di tangan seluruh masyarakat Indonesia, pemerintah dan swasta bersama-sama.

Tujuan dan ruang lingkup kesehatan lingkungan dapat dibagi menjadi dua, secara umum dan secara khusus. Tujuan dan ruang lingkup kesehatan lingkungan secara umum, antara lain:
·         Melakukan koreksi atau perbaikan terhadap segala bahaya dan ancaman pada kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia.
·         Melakukan usaha pencegahan dengan cara mengatur sumber-sumber lingkungan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia.
·         Melakukan kerja sama dan menerapkan program terpadu di antara masyarakat dan institusi pemerintah serta lembaga nonpemerintah dalam menghadapi bencana alam atau wabah penyakit menular.
·          
Adapun tujuan dan ruang lingkup kesehatan lingkungan secara khusus meliputi usaha-usaha perbaikan atau pengendalian terhadap lingkungan hidup manusia, yang di antaranya berupa:
·         Menyediakan air bersih yang cukup dan memenuhi persyaratan kesehatan.
·         Makanan dan minuman yang diproduksi dalam skala besar dan dikonsumsi secara luas oleh masyarakat.
·         Pencemaran udara akibat sisa pembakaran BBM, batubara, kebakaran hutan, dan gas beracun yang berbahaya bagi kesehatan dan makhluk hidup lain dan menjadi penyebab terjadinya perubahan ekosistem.
·         Limbah cair dan padat yang berasal dari rumah tangga, pertanian, peternakan, industri, rumah sakit, dan lain-lain.
·         Kontrol terhadap arthropoda dan rodent yang menjadi vektor penyakit dan cara memutuskan rantai penularan penyakitnya.
·         Perumahan dan bangunan yang layak huni dan memenuhi syarat kesehatan.
·         Kebisingan, radiasi, dan kesehatan kerja.
·         Survei sanitasi untuk perencanaan, pemantauan, dan evaluasi program kesehatan lingkungan

Untuk jangka panjang pembangunan bidang kesehatan diarahkan untuk tercapainya tujuan utama sebagai berikut:
·         Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.
·         Perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan.
·         Peningkatan status gizi masyarakat.
·         Pengurangan kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas).
·         Pengembangan keluarga sehat sejahtera, dengan makin diterimanya norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera.

Dasar-dasar pembangunan nasional di bidang kesehatan adalah sebagai berikut:
·         Semua warga negara berhak memperoleh derajat kesehatan yang optimal agar dapat bekerja dan hidup layak sesuai dengan martabat manusia.
·         Pemerintah dan masyarakat bertanggung jawab dalam memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan rakyat.
·         Penyelenggaraan upaya kesehatan diatur oleh pemerintah dan dilakukan secara serasi dan seimbang oleh pemerintah dan masyarakat.    


Undang-undang No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan & Undang-undang No.29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran”, VisiMedia
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-public-health/2199030-pengertian-kesehatan-menurut-undang-undang/



SPERMATOGENESIS

SPERMATOGENESIS

A.    PENGERTIAN SPERMATOGENESIS
Spermatogenesis dapat didefinisikan sebagai ‘proses yang terjadi pada gonad organisme laki-laki yang bereproduksi secara seksual, dimana sel-sel germinal pria terdiferensiasi berkembang menjadi spermatosit, yang kemudian berubah menjadi spermatozoa.
Spermatozoa adalah gamet jantan dewasa yang hadir dalam organisme yang secara melakukan reproduksi secara seksual, dan itu mirip dengan oogenesis pada wanita. Spermatogenesis biasanya terjadi pada tubulus seminiferus testis dalam serangkaian tahap, diikuti oleh kematangan dalam epididimis, di mana mereka menjadi siap untuk disahkan sebagai air mani bersama dengan sekresi kelenjar lainnya.
Proses ini dimulai pada saat pubertas karena tindakan hipotalamus, kelenjar pituitari, dan sel-sel Leydig, dan proses hanya berakhir setelah kematian. Namun, jumlah sperma akan berkurang secara bertahap seiring dengan bertambahnya usia, akhirnya menyebabkan infertilitas.
Fungsi dari spermatogenesis adalah untuk menciptakan gamet jantan dewasa, yang secara efektif dapat membuahi gamet betina untuk membentuk organisme bersel tunggal yang disebut zigot, yang akhirnya mengarah ke pembelahan dan perbanyakan sel untuk membentuk janin. Juga, untuk memiliki keturunan yang sehat, jumlah kromosom harus dipertahankan dalam jumlah tetap pada tubuh, yang, kegagalan dapat menyebabkan kelainan seperti sindrom Klinefelter, sindrom Down, atau aborsi janin. Spermatogenesis bekerja untuk menghindari hal ini.

B.     TAHAP-TAHAP PEMBENTUKAN SPERMATOGENESIS
Proses spermatogenesis sangat mirip pada hewan dan manusia. Mari kita lihat pada setiap tahap proses spermatogenesis dalam rincian berikut:
Tahap 1      : spermatogonium diploid asli terletak pada tubulus seminiferus memiliki dua kali jumlah kromosom, yang mereplikasi secara mitosis saat interfase sebelum meiosis 1 untuk membentuk 46 pasang kromatid kakak.
Tahap 2      : kromatid bertukar informasi genetik dengan proses sinapsis, sebelum membagi melalui meiosis menjadi spermatosit haploid.
Tahap 3      : Di divisi meiosis kedua, dua sel anak baru lebih lanjut membagi diri menjadi empat spermatid, yang memiliki kromosom unik yang memiliki setengah jumlahnya dengan spermatogonium asli.
Tahap 4      : Sel-sel ini sekarang bergerak melalui lumen testis ke epididimis, di mana mereka tumbuh menjadi empat sel sperma dengan menumbuhkan mikrotubulus pada sentriol, membentuk axoneme, yaitu, tubuh basal, dan beberapa sentriol memanjang untuk membentuk ekor sperma, difasilitasi oleh testosteron.

proses spermatogenesis
Penting untuk dicatat bahwa setiap divisi dalam proses tidak lengkap, dan bahwa sel-sel yang selalu melekat satu sama lain dengan sitoplasma untuk memungkinkan mereka untuk dewasa pada saat yang sama. Juga, beberapa spermatogonium mereplikasi diri, bukannya berubah menjadi spermatid, yang menjamin bahwa pasokan sperma tidak kehabisan. Sepanjang seluruh proses, sel-sel spermatogenik berinteraksi dengan sel-sel Sertoli, yang menyediakan nutrisi dan dukungan struktural untuk mereka.
Struktur sperma matang terdiri dari :
Ø  Kepala
Pada bagian ini sperma mengandung suau lapisan tipis sitoplasma dan sebuah inti berbentuk lonjong dan dan hampi mengisi seluruh bagian dari kepala sperma. Bagian depan disebut acrosom( memiliki enzim hydrolytic yang terdiri dari acrosin dan hyaluronidase yang dibutuhkan saat fertilisasi ) dan bagian belakang dinamakan sentriol. Serta bagian ini juga mempuyai inti sel yang mempuyai arati pentin dalam masalah reproduksi.


Ø Leher
Daerah ini merupakan bagian yang genting dan mengndung sentriol depan dan bagian depan filament poros.
Ø Badan
Bagian badan dari sperma mengandung filament poros mitochondria dan sentriol belakang berbentuk cincin, sehingga sering disebut bagian badan ini sebagai tenaga pusat sperma karena mitokondria memiliki enzim yang menggerakkan asam trikakboksilat dan transport electron serta fosfolirasi oksidatif, yang menghasilkan energi dalam bentuk ATP.
Ø Ekor
Ekor sperma memeiliki 2 bagian : bagian utama dan bagian ujung. Ekor ini mengandung banyak sekali filament poros / flagellum tetapi sedikit mengandung sitoplasma.terdapat 2 sentriol terletak di bagian tengah dari. Fibril-fibril yang seperti cilia tersebar dalam ekor dan dikelilingi oleh cincin yang terdiri dari 9 pasangan fibril perifer. Fibril ini berfungsi menimbulkan gerakan ekor sperma.

C.    FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SPERMATOGENESIS
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi spermatogenesis yaitu:
         1.        Peningkatan suhu di dalam testis akibat demam berkepanjangan atau akibat panas yang berlebihan bisa menyebabkan berkurangnya jumlah sperma, Faktor lain yang mempengaruhi jumlah sperma adalah pemakaian marijuana atau obat-obatan (misalnya simetidin, spironolakton dan nitrofurantoin).
         2.        Penyakit serius pada testis atau penyumbatan atau tidak adanya vas deferens (kiri dan kanan) bisa menyebabkan azospermia (tidak terbentuk sperma sama sekali.
         3.        Varikokel merupakan kelainan anatomis yang paling sering ditemukan pada kemandulan pria. Varikokel adalah varises (pelebaran vena) di dalam skrotum.Varikokel bisa menghalangi pengaliran darah dari testis dan mengurangi laju pembentukan sperma.
         4.        Temperature, pada suhu panas metobolisme sperma naik, daya hidup sperma turun, jika suhu dingin kebalikannya.
         5.        Ph
         6.        Hormone, testosterone tinggi akan menurunkan metabolism.
         7.        Umur
         8.        Berat badan
         9.        Kesehatan
      10.      Makanan
      11.      Iklim
      12.      Keturunan

D.    HORMON YANG BERPERAN DALAM SPERMATOGENESIS
Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis yaitu:
Ø LH (Luteinizing Hormone)
LH (Luteinizing Hormone) merupakan hormon yang merangsang sel Leydig untuk menghasilkan hormon testosteron. Pada masa pubertas, androgen / testosteron memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder.
Ø FSH (Folicle Stimulating Hormone)
FSH (Folicle Stimulating Hormone) merupakan hormon merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) yang akan memacu spermatogonium untuk memulai proses spermatogenesis. Proses pemasakan spermatosit menjadi spermatozoa disebut spermiogenesis. Spermiogenesis terjadi di dalam epididimis dan membutuhkan waktu selama 2 hari.
Ø Hormon Testosteron
Hormon testosteron (androgen)  merupakan hormon yang dihasilkan oleh testis Hormon ini berfungsi merangsang perkembangan organ Seks primer  pada saat embrio dan mendorong spermatogenesis. Selain itu, mempengaruhi perkembangan alat reproduksi dan ciri kelamin sekunder, seperti tumbuh bulu dan kumis, dan dada menjadi bidang.

E.     KECACATAN PADA SPERMATOGENESIS
                     1.        Nondisjunction
Misalnya pada SyndromTurner. Penyebab kelainan sindrom turner iniadalah tidak mendapatkan kromosom Y; terjadi karenaada nondisjunction pada spermatogenesis sehingga sperma yang dihasilkan adalah sperma XY dan sperma O. Sperma O (tidak mempunyai kromosom kelamin) kemudian membuahi ovum X, maka terbentuklah individu 44 A + X.‡
                     2.        Sperma berkepala dua
Ancaman lingkungan dapat mengubah proses pembentukan sperma normal. Sebagai contoh, beberapa antibiotik umum seperti penisilin dan tetrasiklin dapat menekan pembentukan sperma. Radiasi, timbal, pestisida tertentu, ganja, tembakau, dan alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan produksi sperma yang abnormal (dua berkepala, dll beberapa ekor).
                     3.        Sperma tanpa akrosom
                     4.        Oligospermia
Oligospermia adalah suatu keadaan dimana sel sperma berkurang dalam cairan semen . Paling sering oligospermia disebabkan oleh karena varicocele , diet yang terlalu ketat , merokok , minum alkohol , menggunakan obat-obat psikotropika , menggunakan pakaian dalam yang terlalu ketat , stress , terlalu sering melakukan hubungan seksual sehingga kuaalitas sperma kurang baik (normalnya seminggu 1-2 kali terutama pada saat wanita sedang masa subur ) , hindari menggunakan pelumas pada saat berhubungan karena dapat mempengaruhi kondisi sperma .‡
                     5.        Azoospermia
Azoospermia adalah tidak adanya spermatozoa pada cairan ejakulasi (semen). 1-5 Azoospermia ditemukan dalam 10% dari kasus infertilitas pria.1,3,4 Azoospermia  terjadi karena adanya obstruksi saluran reproduksi / vas deferens (azoospermia obstruksi) atau adanya kegagalan testis memproduksi spermatozoa (azoospermianon-obstruksi).






DAFTAR PUSTAKA
Salisbury, G. W. dan Van Denmark, N. L. 1985. Fisiologi Reproduksi dan   Inseminasi  Buatan pada Sapi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Bahan ajar Biologi dasar dan Perkembangan Universitas Respati Yogyakarta,2016/2016




Analgesi Epidural

A. Pengertian Analgesia epidural Analgesia Epidural adalah Nyeri yang dirasakan selama kala satu persalina terjadi akibat kontraksi uteru...