Jumat, 05 Mei 2017

Analgesi Epidural

A.Pengertian Analgesia epidural
Analgesia Epidural adalah Nyeri yang dirasakan selama kala satu persalina terjadi akibat kontraksi uterus dan pembukaan serviks, impuls nyeri memasuki medula spinalis pada segmen spinal  T10,T11,T12 dan L2.nyeri yang dirasakan pada kala satu lanjut serta kala II persalian disebabkan oleh renggangan otot-otot dasar panggul dan perineum; impuls nyeri ini dihantarkan melalui nervus pudendus dan memasuki medula spinalis setinggi segmen spinal S2, S3, dan S4. Dengan demikian, analgesia epidural yang efektif untuk nyeri persalian memerlukan blog sensorik yang merentang dari T10 sampai S5, dengan blok motorik minimal.
Analgesia epidural merupakan metode penghilang rasa nyeri persalian yang paling efektif; meskipin demikian, teknik ini bersifat invasif dan memerlukan staf perawat serta dokter yang terampil untuk penyelenggaraan metode epidural ini menghilangkan nyeri dengan sangat baik dan kontinu pada lebih dari 70% pasien. Dibandingkan dengan metode penghilang rasa nyeri, hipokopnea –yang ditimbulkan oleh rasa nyeri dan kekhawatiran, selain itu, asidosis metabolik yang terjadi pada analgesia epidural lebih ringan bila dibandingkan dengan asodosis pada pemberian petidin. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika penggunaan analgesia epidural meningkat dibanyak unit metimitas di inggris. Di amerika serikat , tingkat penggunaan teknik ini adalah sekitar 50%.
Analgesia epidural diindikasikan ntuk menghilangkan nyeri pada persalinan tanpa memperhatikan pembukaan serviks , atas permintaan parturieen.banyak unit maternal menganggap beberapa kondisi kebidanaan tertentu sebagai indikasi analgesia epidural; ini meliputi hipertensi yang diinduksi kehamilan, preeklamsia tanpa koagulopati, jaringan perut,presentasi bokong, kembar, persaliana ppretem, serta semua kondisi medis yang tidak menginginkan aktivitas simpatoardrenal berlebihan. Sayangnya, terdapat beberapa kontraindikasi untuk menggunakan analgesia epidural, termasuk penolakan ibu, koagulopati, infeksi lokal pada daerah insersi kateter epidural, hipovolemia yang tidak diobati, dan tekanan intrakranial yang meningkat. Resiko anestesi regional pada pasien HIV-positif telah dievaluasi pada sejumlah kecil pasien tersebut, hasilnya menunjukkan bahwa anestesi regional dapat  dilakukan denang amat dalam kelompok ini.

B. Teknik atau cara pengobatan epidural
Sebelum  pelaksanaan blok epidural, terlebih dahulu dipasang infus intravena. Kebanyakan ahli anestesi lebih menyukai pasien dalam posisi pungsi lumbal lateral, meskinpun yang lain lebih menyukai posisi duduk yang memberikan fleksi lumbal yang lebih baik dan pandangan terhadap patokan yang lebih jelas.
Ibu duduk pada ujung ranjang dengan punggung dalam posisi fleksi. Dengan handuk steril,dbawah kondisi aseptiklengkap, krista iliaka dipalpasi; ruang-antara L4-L5 terletak pada tingkat ini. Biasanya dipilih ruang antara L3-L4 atau L2-L3 untuk mencapai rongga epidural. Dengan menggunakan jarum 25G, dibuat suatu gelembung kulit diatas ruang antara yang telah dipilih, dan jaringan subkutan dinfiltrasi dengan larutan anestetik lokal (lignokain hidroklorida 1%). Untuk mempermudah insersi ujung tumpul jarum tuohy (16G atau 18G), kulit ditores menggunakan skalpel, atau lebih baik dengan ujung jaru tajam suntik biasa, untuk menghindari masuknya unsur-unsur kulit kedalam rongga epidural. Jarum tuohy kemudian dimasukan secara mantap dengan tekanan dorongan terkendali, permukaan ujung jarum yang landai menghadap keatas,menerobos jaringan subkuntal dan ligamentum supraspinomus. Stilet kemudian ditarik   dan sebuah spuit 10 ml berisi udara atau salin steril dipasangkan pada jarum. Pangkal jarum dipegang kuat dengan ibu dan telunjuk kiri, sementara jari-jari lain bertumpu pada punggung pasien untuk memastikan kontrol maksimum pada jarum. Ibu jari tangan kangan terus menekan dengan tekanan sedang pada pendorong spuit, dengan hanya menggunakan tangan kiri, jarum perlahan-lahan dieruskn secara mantap menerobos ligamentum interspionosum. Setelah mencapai ligamentum flavum, tahanan akan meningkat.skeadaan ini diikuti dengan kehilangan tahanan mendadak saat jarum mencapai rongga eidural, dan pada titik ini, pemasuka jarum harus dihentikan.
Pengguna udara untuk mengidintifikasi rongga epidura bukan tanpa masalah, dan hal ini telah dilaporkan menyebabkan analgesia yang tidak sempurna, segmen yang tidak terbelok , embolus udara, dan insiden tinggi pungsi dura yang menyertai. Pungsi dura merupakan salah satu  komplikasi analgesia epidural yang tidak boleh terliput. Jika menggunakan spuit berisi udara, setiap caira yang keluar melalui jarum setelah spuit dilepaskan pasti meupakan cairan serebrospinal (CSS). Pada pengguna spuit berisi salin, jika aspirasi melalui jarum mengakibatkan aliran cairan yang kontinu, pungsi dura dapat dipastikan.
Untuk teknik blok epidural kontinu, suatu kateter epidural dimasukkan melalui jarum dan diteruskan. Saat memasuki rongga epidural, terasa adanya tahanan ringan; dari titik ini. Kateter dimasukkan 5 cm lagi dan jarum kemudian dilepaskan dari katater, semtara tekanan pada katater tetap dipertahankan. Selanjutnya kateter difiksasi kuat pada kulit ditempat masuk menggunakan pita adhesif tahan air. Praktik standar adalah untuk menggunakan filter bakteri sebagai penangkal infeksi  dan untuk memerangkap partikel-partikel gelas dari ampul anestetik lokal yang dipertahankan. Aspirasi kateter harus dilakukan guna menyingkirkan pungsi dura oleh kateter atau penempatan kateter secara intravaskular. Sebelum itu, diberikan dosis uji lignolain 2% sebanyak 3 ml. Bila anestesi lokal secara tidak disengaja terinjeksi kedalam ruang subraknoid, blok nuralnya akan tampak dalam waktu singkat. Lima menit setelah pemberian dosis uji, bila jari kaki masih dapat digerakkan, injeksi anestesi lokal kedalam subaraknoid dapat disingkirkan.
Bupivakin merupakan anestetik lokal paling sesuai untuk analgesia epidural kontinu karena lama kerja yang panjang serta serta resiko kadar fatal:maternal yang rendah. Dimasa lampau, bupivakain 0,375-0,5%telah digunakan secara luas sebagai dosis bolus internal yang rendah. Di masa lampau, bupivakain 0,375-0,5% telah digunakan secara luas sebagai dosis bolus intermiten sampai volume total sebesar 8-10 ml. Saat ini, larutan anestetik lokal yang lebih encer lebih banyak digunakan untuk mempertahankan kekuatan motorik. Dosis total sebesar 2 mg/kg berat badan tidak boleh dilampaui.
Selama blok epidural, tekana darah pasien harus dipantau setiap 1-2 menit selama 10 menit pertama setelah injeksi anestetik lokal, dan setiap 5-10 menit sampai pengaruh blok berkurang. Ibu tidak boleh ditinggal tanpa pengawas dan harus diusahakan tetap berada pada posisi berbaring miring ( lateral) untuk mencegah okulasi vena kava. Bila terjadi analgesia unilateral, pasien dipindahkan ke sisi tubuh yang lain dan diberi injeksi tambahan anestetik lokal sebanyak 5 ml.

C.                       Efek samping epidural

Ø  Hipotensi  (lebih menurun dengan CSE), mual, pingsan
Ø  Dural tap, bila jarum secara tidak sengaja menusuk dura meter, mengakibatkan menurunnya tekanan intrakranial yang berpotensi menimbulkan sakit kepala berat selama beberapa hari berikutnya
Ø  Anestensi spinal total; terlalu banyak memberikan injeksi anestensi lokal kedalam ruang subaraknoid dapat menyebabkan henti nafas
Ø  Blok parsial (nyeri membandel), yaitu saat kontraksi masih tetap dirasakan disalah satu area abdomen
Ø  Toksisitas obat: gelisah, pusing, tinitus, rasa logam, mengantuk
Ø  Perubahan suhu; ibu biasanya mengalami efek vasodilatasi dari bupivakain yang menyebabkan kaki terasa hangat, suhu meningkat tetapi tubuh menggigil.
Ø  Retensi urine

Daftar Pustaka 
Bonnets U.R, Brow L.K(eds) 1999 Mysles textbook for midwives. 13th  end. Churchill Livingstone, Edingburgh

Collis R.E, Davies D, aveling W 1995 Randomised comparion of combined spinal epidural and mandard epidural analgesia in labor. The lancet 3 june (345):1413-1416 May A 1994 epidural for childbrith. Oxfort universitypress, Oxford

1 komentar:

Analgesi Epidural

A. Pengertian Analgesia epidural Analgesia Epidural adalah Nyeri yang dirasakan selama kala satu persalina terjadi akibat kontraksi uteru...