SPERMATOGENESIS
A.
PENGERTIAN SPERMATOGENESIS
Spermatogenesis dapat
didefinisikan sebagai ‘proses yang terjadi pada gonad organisme laki-laki yang
bereproduksi secara seksual, dimana sel-sel germinal pria terdiferensiasi
berkembang menjadi spermatosit, yang kemudian berubah menjadi spermatozoa.
Spermatozoa adalah
gamet jantan dewasa yang hadir dalam organisme yang secara melakukan reproduksi
secara seksual, dan itu mirip dengan oogenesis pada wanita. Spermatogenesis
biasanya terjadi pada tubulus seminiferus testis dalam serangkaian tahap,
diikuti oleh kematangan dalam epididimis, di mana mereka menjadi siap untuk
disahkan sebagai air mani bersama dengan sekresi kelenjar lainnya.
Proses ini dimulai
pada saat pubertas karena tindakan hipotalamus, kelenjar pituitari, dan sel-sel
Leydig, dan proses hanya berakhir setelah kematian. Namun, jumlah sperma akan
berkurang secara bertahap seiring dengan bertambahnya usia, akhirnya
menyebabkan infertilitas.
Fungsi dari
spermatogenesis adalah untuk menciptakan gamet jantan dewasa, yang secara
efektif dapat membuahi gamet betina untuk membentuk organisme bersel tunggal
yang disebut zigot, yang akhirnya mengarah ke pembelahan dan perbanyakan sel
untuk membentuk janin. Juga, untuk memiliki keturunan yang sehat, jumlah kromosom
harus dipertahankan dalam jumlah tetap pada tubuh, yang, kegagalan dapat
menyebabkan kelainan seperti sindrom Klinefelter, sindrom Down, atau aborsi
janin. Spermatogenesis bekerja untuk menghindari hal ini.
B. TAHAP-TAHAP PEMBENTUKAN SPERMATOGENESIS
Proses spermatogenesis
sangat mirip pada hewan dan manusia. Mari kita lihat pada setiap tahap proses
spermatogenesis dalam rincian berikut:
Tahap
1 : spermatogonium diploid
asli terletak pada tubulus seminiferus memiliki dua kali jumlah kromosom, yang mereplikasi
secara mitosis saat interfase sebelum meiosis 1 untuk membentuk 46 pasang
kromatid kakak.
Tahap
2 : kromatid bertukar informasi
genetik dengan proses sinapsis, sebelum membagi melalui meiosis menjadi
spermatosit haploid.
Tahap
3 : Di divisi meiosis kedua, dua sel
anak baru lebih lanjut membagi diri menjadi empat spermatid, yang memiliki
kromosom unik yang memiliki setengah jumlahnya dengan spermatogonium asli.
Tahap
4 : Sel-sel ini sekarang bergerak
melalui lumen testis ke epididimis, di mana mereka tumbuh menjadi empat sel
sperma dengan menumbuhkan mikrotubulus pada sentriol, membentuk axoneme,
yaitu, tubuh basal, dan beberapa sentriol memanjang untuk membentuk ekor
sperma, difasilitasi oleh testosteron.
proses spermatogenesis
Penting untuk dicatat
bahwa setiap divisi dalam proses tidak lengkap, dan bahwa sel-sel yang selalu melekat satu sama lain dengan sitoplasma untuk
memungkinkan mereka untuk dewasa pada saat yang sama. Juga, beberapa
spermatogonium mereplikasi diri, bukannya berubah menjadi spermatid, yang
menjamin bahwa pasokan sperma tidak kehabisan. Sepanjang seluruh proses,
sel-sel spermatogenik berinteraksi dengan sel-sel Sertoli, yang menyediakan
nutrisi dan dukungan struktural untuk mereka.
Struktur sperma
matang terdiri dari :
Ø Kepala
Pada bagian ini
sperma mengandung suau lapisan tipis sitoplasma dan sebuah inti berbentuk
lonjong dan dan hampi mengisi seluruh bagian dari kepala sperma. Bagian depan
disebut acrosom( memiliki enzim hydrolytic yang
terdiri dari acrosin dan hyaluronidase yang
dibutuhkan saat fertilisasi ) dan bagian belakang dinamakan sentriol.
Serta bagian ini juga mempuyai inti sel yang mempuyai arati pentin dalam
masalah reproduksi.
Ø Leher
Daerah ini
merupakan bagian yang genting dan mengndung sentriol depan dan
bagian depan filament poros.
Ø Badan
Bagian badan
dari sperma mengandung filament poros mitochondria dan sentriol belakang
berbentuk cincin, sehingga sering disebut bagian badan ini sebagai tenaga pusat
sperma karena mitokondria memiliki enzim yang menggerakkan asam trikakboksilat
dan transport electron serta fosfolirasi oksidatif, yang menghasilkan energi
dalam bentuk ATP.
Ø Ekor
Ekor sperma
memeiliki 2 bagian : bagian utama dan bagian ujung. Ekor ini mengandung banyak
sekali filament poros / flagellum tetapi sedikit mengandung
sitoplasma.terdapat 2 sentriol terletak di bagian tengah dari. Fibril-fibril
yang seperti cilia tersebar dalam ekor dan dikelilingi oleh cincin yang terdiri
dari 9 pasangan fibril perifer. Fibril ini berfungsi menimbulkan gerakan ekor
sperma.
C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
SPERMATOGENESIS
Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi spermatogenesis yaitu:
1.
Peningkatan suhu di dalam testis akibat demam berkepanjangan
atau akibat panas yang berlebihan bisa menyebabkan berkurangnya jumlah sperma,
Faktor lain yang mempengaruhi jumlah sperma adalah pemakaian marijuana atau
obat-obatan (misalnya simetidin, spironolakton dan nitrofurantoin).
2.
Penyakit serius pada testis atau penyumbatan atau tidak adanya
vas deferens (kiri dan kanan) bisa menyebabkan azospermia (tidak terbentuk
sperma sama sekali.
3.
Varikokel merupakan kelainan anatomis yang paling sering
ditemukan pada kemandulan pria. Varikokel adalah varises (pelebaran vena) di
dalam skrotum.Varikokel bisa menghalangi pengaliran darah dari testis dan
mengurangi laju pembentukan sperma.
4.
Temperature, pada suhu panas metobolisme sperma naik, daya hidup
sperma turun, jika suhu dingin kebalikannya.
5.
Ph
6.
Hormone, testosterone tinggi akan menurunkan metabolism.
7.
Umur
8.
Berat badan
9.
Kesehatan
10.
Makanan
11.
Iklim
12.
Keturunan
D. HORMON YANG BERPERAN
DALAM SPERMATOGENESIS
Proses pembentukan
spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon yang dihasilkan kelenjar
hipofisis yaitu:
Ø LH (Luteinizing
Hormone)
LH (Luteinizing
Hormone) merupakan hormon yang merangsang sel Leydig untuk menghasilkan hormon
testosteron. Pada masa pubertas, androgen / testosteron memacu tumbuhnya sifat
kelamin sekunder.
Ø FSH (Folicle
Stimulating Hormone)
FSH (Folicle
Stimulating Hormone) merupakan hormon merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan
ABP (Androgen Binding Protein) yang akan memacu spermatogonium untuk memulai
proses spermatogenesis. Proses pemasakan spermatosit menjadi spermatozoa
disebut spermiogenesis. Spermiogenesis terjadi di dalam epididimis dan
membutuhkan waktu selama 2 hari.
Ø Hormon Testosteron
Hormon testosteron
(androgen) merupakan hormon yang dihasilkan oleh testis Hormon ini
berfungsi merangsang perkembangan organ Seks primer pada saat embrio dan
mendorong spermatogenesis. Selain itu, mempengaruhi perkembangan alat
reproduksi dan ciri kelamin sekunder, seperti tumbuh bulu dan kumis, dan dada
menjadi bidang.
E.
KECACATAN
PADA SPERMATOGENESIS
1.
Nondisjunction
Misalnya pada
SyndromTurner. Penyebab kelainan sindrom turner iniadalah tidak mendapatkan
kromosom Y; terjadi karenaada nondisjunction pada spermatogenesis sehingga
sperma yang dihasilkan adalah sperma XY dan sperma O. Sperma O (tidak mempunyai
kromosom kelamin) kemudian membuahi ovum X, maka terbentuklah individu 44 A +
X.‡
2.
Sperma berkepala dua
Ancaman
lingkungan dapat mengubah proses pembentukan sperma normal. Sebagai contoh,
beberapa antibiotik umum seperti penisilin dan tetrasiklin dapat menekan
pembentukan sperma. Radiasi, timbal, pestisida tertentu, ganja, tembakau, dan
alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan produksi sperma yang abnormal (dua
berkepala, dll beberapa ekor).
3.
Sperma tanpa akrosom
4.
Oligospermia
Oligospermia
adalah suatu keadaan dimana sel sperma berkurang dalam cairan semen . Paling
sering oligospermia disebabkan oleh karena varicocele , diet yang terlalu ketat
, merokok , minum alkohol , menggunakan obat-obat psikotropika , menggunakan
pakaian dalam yang terlalu ketat , stress , terlalu sering melakukan hubungan
seksual sehingga kuaalitas sperma kurang baik (normalnya seminggu 1-2 kali
terutama pada saat wanita sedang masa subur ) , hindari menggunakan pelumas
pada saat berhubungan karena dapat mempengaruhi kondisi sperma .‡
5.
Azoospermia
Azoospermia
adalah tidak adanya spermatozoa pada cairan ejakulasi (semen). 1-5 Azoospermia
ditemukan dalam 10% dari kasus infertilitas pria.1,3,4 Azoospermia terjadi karena adanya obstruksi saluran
reproduksi / vas deferens (azoospermia obstruksi) atau adanya kegagalan testis
memproduksi spermatozoa (azoospermianon-obstruksi).
DAFTAR PUSTAKA
Salisbury, G. W. dan Van Denmark, N. L.
1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi
Buatan pada Sapi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Bahan ajar Biologi dasar dan Perkembangan
Universitas Respati Yogyakarta,2016/2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar