Rabu, 26 April 2017

Penerapan Pancasila


BAB I PENDAHULUAN


A.    LATAR BELAKANG MASALAH
Sudah bertahun-tahun pancasila ditetapkan sebagai dasar negara kesatuan RI, Pandangan hidup bangsa Indonesia, Filsafat bangsa dan sendi kehidupan bangsa Indonesia. Oleh karena itu Tidak diragukan lagi peran pancasila di negara kita ini yaitu Indonesia. Untuk itu penerapan  sila-sila dalam Pancasila suatu hal yang wajib dilakukan bagi tiap-tiap warga negara.
Namun, saat ini penerapan Pancasila hanya menjadi teori di kampus bahkan masyarakat pun hanya mengetahui bunyi butir pancasila tanpa mengetahui makna yang terkandung didalamnya. Pancasila hanya dijadikan suatu simbol tanpa ada tindakan nyata bagi terciptanya masyarakat yang berbangsa dan bernegara. Mahasiswa yang merupakan pejuang perubahan pengamalan pancasila yang lebih baik yang seharusnya menggerakkan penerapan, pancasila kini mulai hilang semangatnya.
Atas ilustrasi tersebut, dalam pembahasan tentang pancasila ini diharapkan dapat menemukan atau memberikan contoh apasaja sikap yang dapat kita lakukan sesuai nilai pancasila.

B.     RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian nilai Pancasila itu?
2.    Nilai – nilai apa sajakah yang terdapat dalam Pancasila?

C.    TUJUAN PENULISAN
1.      Penulis ingin mengetahui bagaimana penerapan  pancasila di masyarakat dan kampus
2.      Penulis ingin mendalami tiap butir pancasila
3.      Untuk memenuhi tugas akhir kuliah pancasila


BAB II PEMBAHASAN


A.     Pengertian Pancasila

Pancasila artinya lima dasar atau lima asas yaitu nama dari dasar negara kita, Negara Republik Indonesia. Pancasila sendiri di tetapkan menjadi dasar negara kita sejak 18 agustus 1994. Sebagai nilai-nilai bernegara,berpemerintahan, dan bermasyarakat. Hal ini berarti bahwa semua tingkah laku dan tindakan pembuatan harus dijiwai dan merupakan pencatatan dari semua sila Pancasila.

B.     Nilai-nilai pancasila
                   
1)      Sila Katuhanan Yang Maha Esa 
           Bangasa Indonesia adalah bangsa yang beragama. Bangsa menyatakan  percaya dan bertagwa kepada Tuhan YME. Memberikan kebebasan dalam memilih agama sesuai asas kemanusiaan.
            Sila ke-1 yaitu Sila Katuhanan Yang Maha Esa  mengandung empatmakna, yaitu:
1.  Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan Agama dan kepercayaan yang berbeda-beda, sehingga terbina kerukunan hidup.
2. Hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dan penganut kepercayaan yang berbeda-beda, sehingga terbina kerukunan hidup.
3. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dankepercayanya.
4.    Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.     

2)      Sila kemanusian Yang Adil dan Beradab 
              Kemanusiaan yang adil dan beradab menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, hak dan kewajiban serta kesamaan derajat antar masyarakat sehingga tercipta sikap saling menghormati,menghargai dan tenggang rasa.
           Sila ke-2 yaitu Sila kemanusian Yang Adil dan Beradab mengandung tujuh makna, yaitu:
1.      Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban sesame
2.      Saling mencintai sesama manusia
3.      Mengembangkan tenggang rasa
4.      Tidak semena-mena teerhadap orang lain



5.      Menjunjung tinggi kemanusiaan
6.      Berani membela keadilan
7.      Hormat menghormati dengan bangsa lain

3)      Sila Persatuan Indonesia 
            Dengan sila persatuan Indonesia, yang dikembangkan atas dasar Bhineka Tunggal Ika menjunjung nilai persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi dan golongan.Persatuan. Sehingga rakyat Indonesia yang bersatu saling merangkul menciptakan kehidupan yang nyaman dan tentram.
Sila ke-3 yaitu Sila Persatuan Indonesia mengandung lima makna, yaitu:
1.      Memajukan pergaulan demi persatuan
2.      Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa Negara diatas kepentingan pribadi/golongan
3.      Rela beerkorban
4.      Cinta tanah air
5.      Bangga sebagai bangsa yang bertanah air

4)      Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan
Butir sila yang mengandung makna bahwa kita sebagai rakyat Indonesia diharuskan melaksanakan musyawarah dalam menyelesaikan masalah dan dalam pengambilan keputusan  dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjungjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
 Sila ke-4 yaitu Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan mengandung tujuh makna, yaitu:
1.      Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat
2.      Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain
3.      Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama
4.      Musyawarah untuk mufakat  dalam semangat kekeluargaan
5.      Itikat baik untuk menerima dan melaksanakan hasil musyawarah
6.      Musyawarah dengan akal sehat
7.      Keputusan harus dapat dipertanggung jawabkan kepada Tuhan





5)      Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia 
              Dalam butir ini dijelaskan adanya sikap adil antara sesama, saling kesinambungan antar hak dan kewajiban dan menghormati hak setiap orang yang ada disekitar kita.
Sila ke-5 yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mengandung sebelasmakna, yaitu
1.      Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana  kekeluargaan dan gotong-royong.
2.      Bersikap adil.
3.      Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4.      Menghormati hak-hak orang lain.
5.      Suka memberipertolongan kepada orang lain.
6.      Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
7.      Tidak bergaya hidup mewah.
8.      Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
9.      Suka bekerja keras.
10.  Menghargai hasil karya orang lain.
11.  Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan soc
C.  Penerapan yang Telah Terlaksana di Kampus dan Masyarakat
Ø  Di bawah ini beberapa contoh penerapan pancasila sile ke 3(tiga)” PERSATUAN INDONESIA

Tidak membeda-bedakan teman dalam bergaul

ü  Hidup rukun dan tidak bermusuhan
ü  Rasa bangga sebagai warga Indonesia

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
     Berdasarkan uraian diatas ,penulis dapat menyimpulkan makalah sebagai berikut:
1.  Pancasila merupakan landasan atau tolak ukur dalam pengambilan sikap dan keputusan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
2.    Adanya nilai moral yang terkandung di setiap butir pancasila yang bersifat universal
3. Menerapkan dan mengimplementasikan pancasila dalam kehidupan sehari-hari agar mendarah daging dan merupakan ciri bangsa Indonesia 
B.     Saran
              Berdasarkan uraian diatas dan pengamatan secara langsung, penulis ingin memberikan saran-saran sebagai berikut: Bahwasannya kita sebagai mahasiswa harus dapat menjalankan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila tidak hanya teoristis tetapi harus ada bukti nyata yang kita lakukan untuk masyarakat untuk kehidupan berbangsa dan bernegara dan dalam mengamalkan nilai-nilai pancasila haruslah didasari dengan niat pada diri individu masing-masing

 

Asa-Asas Organisasi

ASAS-ASAS ORGANISASI


BAB I PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Agar dalam suatu organisasi dapat berjalan dengan baik diperlukan asas-asas atau prinsip-prinsip tertentu, atau dengan kata lain suatu organisasi yang baik perlu dilandasi dengan asas-asas atau prinsip-prinsip tertentu. Dengan pengetahuan asas-asas atau prinsip-prinsip organisasi maka dalam setiap usaha untuk mengorganisasi kalau tidak mau mengalami kesulitan atau kegagalan maka asas-asas tersebut perlu diperhatikan. Asas-asas organisasi adalah sebagai pedoman yang harus dilakukan agar dapat diperoleh struktur organisasi yang baik dan aktivitas organisasi berjalan dengan lancar.
Asas-asas organisasi  berperan penting bagi manajemen sebagai dasar membantu melaksanakan fungsi pengorganisasian terutama dalam menyusun struktur organisasi serta dalam menjamin pelaksanaan kegiatan organisasi yang lancar efektif dan efisien, bagi pegawai atau pejabat organisasi, asas-asas organisasi menjadi pegangan bekerja  atau melaksanakan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan wewenng yang diberikan. Adapun beberapa asas-asas organisasi yang perlu diketahui antara lain asas perumusan tujuan, asas departemenisasi, asas pembagian kerja, asas koordinasi, asas pelimpahan wewenang, asas efisiensi pengawasan, asas pengawasan umum.

B.      Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas yang dibahas dapat drumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.      Apa pengertian organisasi?
2.      Apa saja asas-asas organisasi?
3.      Apa fungsi asas-asas organisasi?

C.      Tujuan
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan makalah ini  adalah:
1.      Mengetahui pengertian organisasi serta yang menjadi dasar tindakan dalam suatu organisasi
2.      Mengetahui asas-asas dalam suatu organisasi
3.      Mengetahui fungsi asas-asas organisasi


BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Organisasi
Organisasi merupakan sekelompok orang (dua orang atau lebih) yang dipersatukan dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan yang lebih ditetapkan. Suatu organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat . Organisasi yang baik adalah oganisasi yang dapat diakui keberadaanya oleh masyarakat disekitarya, karena memberikan konstribusi seperti pengambilan sumber daya manusia dalam masyarakat sebagai anggota-anggotanya sehingga menekan angka pengangguran.

B.      Asas-asas Organisasi
Agar dalam suatu organisasi dapat berjalan dengan baik perlu adanya asas-asas atau prinsip dengan kata lain suatu organisasi  yang baik perlu dilandasi oleh suatu asas-asas atau prinsip tertentu.
Dengan pengetahuan tentang asas asas organisasi maka dalam setiap usaha kalau tidak ingin mengalami kegagalan atau kesulitan maka prinsip tersebut harus kita perhatikan. Adapun beberapa  asas-asas organisasi yang perlu diketahui antara lain sebagai berikut:

1.      Asas perumusan tujuan
Dalam penyusunan suatu organisasi, maka asas yang harus diperkirakan adalah asas perumusan tujuan. Dengan asas tersebut maka sebelum organisasi itu dibentuk harus terlebih dahulu mengetahui tujuan dari pembentukan organisasi tersebut. Dengan kata lain penyusunan suatu organisasi tersebut agar tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan efektif dan efisien.

2.      Asas pembagian kerja
Dari awal telah dikemukakan bahwa dalam pembentukan organisasi adalah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif. Karena dalam suatu organsasi selalu membutuhkan tenaga-tenaga orang lain  yang kadang tidak sedikit jumlahnya, maka perlu adanya  pembagian kerja yang baik.
Dengan adanya pembagian kerja maka tiap orang atau bagian akan mengetahui secara jelas tugas dan tanggung jawab serta kedudukanya masing-masing dalam organisasi tersebut. Dengan sistem pembagian kerja tersebut diharapkan tidak akan terjadi kesimpangsiuran dalam pekerjaan sehingga pekerjaan dapat dilakukan secara efisien dan efektif.

3.      Asas pelimpahan wewenang
Bagi manager sulit untuk melakukan seluruh pekerjaan seorang diri baik karena keterbatasan kemampuan waktu dan sebagainya. Untuk itu perlu bagi seorang manager dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya menyerahkan sebagian yang tidak begitu penting kepada bawahanya.

4.      Asas koordinasi
Dengan adanya pembagian dalam suatu organisasi maka di harapkan dalam pelaksnaan tugas-tugasnya jangan sampai terjadi kesimpang siuran.akan tetapi ,dalam praktek adanya koordinasi yang bauk maka kemungkinan kesimpang siuran itu ada,sebab kecenderungan setiap orang atau setiap bagian mempunyai egoisme untuk berusaha melaksanakan tugasnya sebaik mungkin . tindakan ini pada prinsipnya adalah baik,tetapi kalau tindakan ini berlebih-lebihan artinya tdak memperhtikan memperhatikan kegiatan-kegiatan lain maka justru dapat menyulitkan ,misalnya bagian produksi berusaha untuk menikmati prouksinya sebanyak mungkin tanpa memperhatikan bagian penjualan ,maka ni akan menimbulkan over produksi ( produksi yang berlebihan ).

5.      Asas batas efisiensi pengawasan
Dalam meningkatkan tugas masing-masing orang/bagian tersebut mempunyai beberapa orang yang di bawah pengawasannya.untuk itu batas-batas efisiensi pengawasan harus betul-betul di perhtikan ,artinya bila batas pengawasan orang hanya lima orang maka janganlah orang tersebut di bebani untuk mengawasi delapan 0rang.Beberapa batas yang tepat sebenarnya tergantung pada situasi dan kodisi masing-masing yang tidak dapat di buwat standar secara tegas.perbedaan kecakapan yang memimpin , sikap pekerjaan dan faktor-faktor lain ikut pula menentukan beberapa batas yang paling baik.

6.      Asas pengawasan umum
Suatu organisai yang tidak dapat terjamin kelancarannya bila pengawasannya kurang baik untuk itu maka dalam penyusunan organisiasi harus di lakukan sedemikian rupa misalnya diusahakan penyusunan  organisasi yang sederhana sehingga dengan demikian pimpinan akan melakukan pengawasan secara keseluruhan.





BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai wadah atau tempat orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin, terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya (uang, material, mesin, metode, lingkungan) sarana prasarana, data dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.
Adapun maksud dari pelimpahan wewenang yaitu penyerahan sebagian dari wewenang atasan kepada bawahanya setelah diadakan penyerahan tugas terhadap yang bersangkutan, untuk dapat menjalankan tugas dengan baik.
Jadi dalam hal ini asas organisasi berperan penting sebagai prinsip dasar pembentukan suatu lembaga atau organisasi yang mempunyai tujuan jelas serta mampu diterima oleh masyarakat umum dan juga penggunaan sumber daya secara efektif dan efisien.

B.      Saran

Dengan adanya penulisan makalah ini, kami berharap dalam suatu pembentukan organisasi terlebih dahulu harus memiliki asas-asas atau prinsip-prinsip organisasi yang jelas akan maksud dan tujuanya sehingga dapat diterima dan berguna bagi masyarakat umum, serta kami memohon maaf apabila masih banyak kesalahan dalam penulisan dan kata-kata yang kurang jelas. Kami berharap siapapun yang membaca makalah ini akan lebih banyak lagi membaca buku tentang organisasi sehingga lbih banyak pengetahuannya.

Mendampingi pasien kritis,berduka dan kehilangan



KEHILANGAN

A.PENGERTIAN KEHILANGAN
      Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral dari kehidupan.
Kehilangan adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu tanpa hal yang berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap atau mendadak, bisa tanpa kekerasan atau traumatik, diantisispasi atau tidak diharapkan/diduga, sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak dapat kembali.
Ø  Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan (Lambert dan Lambert,1985). Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.

Ø  Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya.

B.FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REAKSI KEHILANGAN,TERGANTUNG :
1. Arti dari kehilangan
2. Sosial budaya
3. kepercayaan / spiritual
4. Peran seks
5. Status social ekonomi
6. kondisi fisik dan psikologi individu

C.TIPE KEHILANGAN
Kehilangan dibagi menjadi 2 tipe yaitu:
a. Aktual atau nyata
Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya amputasi, kematian orang yang sangat berarti / di cintai.
b. Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya; seseorang yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan kebebasannya menjadi menurun.



D.JENIS-JENIS KEHILANGAN
Terdapat 5 jenisi kehilangan, yaitu:

ü  Kehilangan seseorang  seseorang yang dicintai
Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang yang berarti adalah salah satu yang paling membuat stress dan mengganggu dari tipe-tioe kehilangan, yang mana harus ditanggung oleh seseorang.
Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang yang dicintai. Karena keintiman, intensitas dan ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada, kematian pasangan suami/istri atau anak biasanya membawa dampak emosional yang luar biasa dan tidak dapat ditutupi.

ü  Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)
Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan tentang mental seseorang. Anggapan ini meliputi perasaan terhadap keatraktifan, diri sendiri, kemampuan fisik dan mental, peran dalam kehidupan, dan dampaknya. Kehilangan dari aspek diri mungkin sementara atau menetap, sebagian atau komplit. Beberapa aspek lain yang dapat hilang dari seseorang misalnya kehilangan pendengaran, ingatan, usia muda, fungsi tubuh.

ü  Kehilangan objek eksternal
Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri atau bersama-sama, perhiasan, uang atau pekerjaan. Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang tergantung pada arti dan kegunaan benda tersebut.

ü  Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal
Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan yang sangat dikenal termasuk dari kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu periode atau bergantian secara permanen. Misalnya pindah kekota lain, maka akan memiliki tetangga yang baru dan proses penyesuaian baru.

ü  Kehilangan kehidupan/ meninggal
Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon pada kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada kematian yang sesungguhnya. Sebagian orang berespon berbeda tentang kematian.


E.RENTANG RESPON KEHILANGAN
         1.Fase denial
a. Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai kenyataan
b. Verbalisasi;” itu tidak mungkin”, “ saya tidak percaya itu terjadi ”.
c. Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah.
2. Fase marah(anger)
a. Mulai sadar akan kenyataan
b. Marah diproyeksikan pada orang lain
c. Reaksi fisik; muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
d. Perilaku agresif.
3. Fase tawar- menawar(bargaining).
a. Verbalisasi; “ kenapa harus terjadi pada saya ? “ kalau saja yang sakit bukan saya “ seandainya saya hati-hati “.

4. Fase depresi
a. Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa.
b. Gejala ; menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun.

5. Fase acceptance
a. Pikiran pada objek yang hilang berkurang.
b. Verbalisasi ;” apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh”, “ yah, akhirnya saya harus operasi “




BERDUKA


A.PENGERTIAN BERDUKA
      Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan.
NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional.

Ø  Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.

Ø  Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.


B.TEORI DARI PROSES BERDUKA
      Tidak ada cara yang paling tepat dan cepat untuk menjalani proses berduka. Konsep dan teori berduka hanyalah alat yang hanya dapat digunakan untuk mengantisipasi kebutuhan emosional klien dan keluarganya dan juga rencana intervensi untuk membantu mereka memahami kesedihan mereka dan mengatasinya. Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan dalam bentuk empati.

ü  Teori Engels
Menurut Engel (1964) proses berduka mempunyai beberapa fase yang dapat diaplokasikan pada seseorang yang sedang berduka maupun menjelang ajal.

Ø  Fase I (shock dan tidak percaya)

Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan mungkin menarik diri, duduk malas, atau pergi tanpa tujuan. Reaksi secara fisik termasuk pingsan, diaporesis, mual, diare, detak jantung cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan kelelahan.

Ø  Fase II (berkembangnya kesadaran)
Seseoarang mulai merasakan kehilangan secara nyata/akut dan mungkin mengalami putus asa. Kemarahan, perasaan bersalah, frustasi, depresi, dan kekosongan jiwa tiba-tiba terjadi.

Ø  Fase III (restitusi)

Berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan yang hampa/kosong, karena kehilangan masih tetap tidak dapat menerima perhatian yang baru dari seseorang yang bertujuan untuk mengalihkan kehilangan seseorang.

Ø  Fase IV

Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap almarhum. Bisa merasa bersalah dan sangat menyesal tentang kurang perhatiannya di masa lalu terhadap almarhum.
Ø  Fase V

Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai diketahui/disadari. Sehingga pada fase ini diharapkan seseorang sudah dapat menerima kondisinya. Kesadaran baru telah berkembang.

2. Teori Kubler-Ross
Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969) adalah berorientasi pada perilaku dan menyangkut 5 tahap, yaitu sebagai berikut:

a)Penyangkalan (Denial)
Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat menolak untuk mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan. Pernyataan seperti “Tidak, tidak mungkin seperti itu,” atau “Tidak akan terjadi pada saya!” umum dilontarkan klien.

b)  Kemarahan (Anger)
Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin “bertindak lebih” pada setiap orang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan. Pada fase ini orang akan lebih sensitif sehingga mudah sekali tersinggung dan marah. Hal ini merupakan koping individu untuk menutupi rasa kecewa dan merupakan menifestasi dari kecemasannya menghadapi kehilangan.

c) Penawaran (Bargaining)
Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang halus atau jelas untuk mencegah kehilangan. Pada tahap ini, klien sering kali mencari pendapat orang lain.

d) Depresi (Depression)
Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari makna kehilangan tersebut. Tahap depresi ini memberi kesempatan untuk berupaya melewati kehilangan dan mulai memecahkan masalah.

e)Penerimaan (Acceptance)
Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial berlanjut. Kubler-Ross mendefinisikan sikap penerimaan ada bila seseorang mampu menghadapi kenyataan dari pada hanya menyerah pada pengunduran diri atau berputus asa.

3.Teori Martocchio
Martocchio (1985) menggambarkan 5 fase kesedihan yang mempunyai lingkup yang tumpang tindih dan tidak dapat diharapkan. Durasi kesedihan bervariasi dan bergantung pada faktor yang mempengaruhi respon kesedihan itu sendiri. Reaksi yang terus menerus dari kesedihan biasanya reda dalam 6-12 bulan dan berduka yang mendalam mungkin berlanjut sampai 3-5 tahun.
4.  Teori Rando
Rando (1993) mendefinisikan respon berduka menjadi 3 katagori:
   1. Penghindaran
Pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak percaya.
2.  Konfrontasi
Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara berulang-ulang melawan kehilangan mereka dan kedukaan mereka paling dalam dan dirasakan paling akut.
3.  Akomodasi
Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan kedukaan akut dan mulai memasuki kembali secara emosional dan sosial dunia sehari-hari dimana klien belajar untuk menjalani hidup dengan kehidupan mereka.



MENDAMPINGI PASIEN KRITIS

A.Definisi Pasien Yang Mengalami Kritis
Definisi pasien krisis adalah perubahan dalm proses yang mengindikasikan hasilnya sembuh atau mati, sedangkan dalam bahasa yunani artinya berubah atau berpisah.
Definisi: pasien kritis adalah pasien dengan disfungsi atau gagal pada satu atau lebih sistem tubuh, tergantung pada penggunaan peralatan monitoring dan terapi.
Prioritas pasien yang dikatakan kritis
1. Pasien prioritas 1
kelompok ini merupakan pasien sakit kritis ,tidak stabil,yang memerlukan perawatan inensif ,dengan bantuan alat – alat ventilasi ,monitoring, dan obat – obatan vasoakif kontinyu dan lain – pain.misalnya pasien bedah kardiotorasik,atau pasien shock septik.pertimbangkan juga derajat hipoksemia, hipotensi, dibawah tekanan darah tertentu.
2. Pasien prioritas 2
pasien ini memerluakn pelayanan pemantauan canggih dari icu.jenis pasien ini beresiko sehingga memerlukan terapi segera,karenanya pemantauan intensif menggunakan metoda seperti pulmonary arteri cateteter sangat menolong.misalnya pada pasien penyakit jantung,paru,ginjal, yang telah mengalami pembedahan mayor.pasien prioritas 2 umumnya tidak terbatas macam terapi yang diterimanya.
3. Pasien prioritas 3
pasien jenis ini sakit kritis dan tidak stabil, dimana status kesehatan sebelumnya,penyakityang mendasarinya atau penyakit akutnya, baik masing – masing atau kombinasinya,sangat mengurangi kemungkinan sembuh dan atau mendapat manfaat dari terapi icu.
contoh pasien ini adalah pasien dengan keganasan metastasik disertai penyulit infeksi pericardial tamponade,atau sumbatan jalan napas atau pasien menderita penyakit jantung atau paru terminal disertai komplikasi penyakit akut berat.

 B.Karakteristik Situasi Kritis
Secara umum karakter pasien dibedakan mejadi 2 tipe.
 Yang cenderung ingin mencari informasi lebih jelas –information seeking-  dan ada yang tidak begitu mementingkan penjelasan  dokter –non information seeking-. Para pasien yang jenis kedua  hampir jarang ditemukan di era saat ini. Mungkin yang masih ada di pedesaan yang pendudukny masih polos,  kalangan yang latar pendidikannya  kurang, para pasien yang sudah terlampau percaya pada dokternya atau  terlanjur  menganggap therapi yang diberikan dokter  selalu cocok dengan segala macam  gejala penyakit yang dikeluhkan. Mereka tidak terlalu peduli  apa nama penyakitnya, bagaimana bisa terjadi, bagaimana kemungkianan sembuh dan lain-lain. Sudah cukup dengan diberikan obat , menerima nasehat mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan. Begitu saja, tidak lebih.
Berbeda dengan yang kedua di atas, para pasien golongan pencari informasi akan lebih aktif bertanya kepada dokternya. Mereka belum merasa puas kalau dokter belum bisa atau pun belum sempat menjawab pertanyaan mereka. Didasari juga oleh pengaruh psikis, golongan pasien ini dibedakan lagi antara yang bisa menerima penjelasan dokter secara proporsional dan ada juga yang bertype agak ‘ngeyel’
Menghadapi hal ini, solusinya adalah dengan memberikan penjelasan kepada keluarga yang berpengaruh dan bisa berkomunikasi dengan keluarga pasien yang lain. Atau bisa juga dengan mengumpulkan semua keluarga terlebih dulu sebelum dokter memberikan penjelasan  tentang kondisi  si pasien.

ü  Tugas dan tanggung jawab perawat dalammenangani pasien kritis
1.Tujuan menyelamatkan kehidupan
2.Mencegah terjadinya kondisi memburuk dan komplikasi melalui observasi dan.monitoring ketat disertai kemampuan menginterprestasikan setiap data yang didapat dan melakukan tindak lanjut.
3.Meningkatkan kualitas hidup pasien dan mempertahankan kehidupan.
4.Mengoptimalkan kemampuan fungsi organ tubuh pasien.
5.Mengurangi angka kematian dan kecacatan pasien kritis dan mempercepat proses penyembuhan pasien.

ü  Tugas dan tanggung jawab
1. Mengelola pasien mengacu pada standar keperawatanintensif dengan konsisten.
2. Meghormati sesama sejawat dan timlainnya.
3. Megintegrasikan kemampuan ilmiah dan ketrampilan kusus serta diikuti oleh nilai etik dan legal dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Berespon secara terus menerus dengan perubahan lingkungan.




















Analgesi Epidural

A. Pengertian Analgesia epidural Analgesia Epidural adalah Nyeri yang dirasakan selama kala satu persalina terjadi akibat kontraksi uteru...